Sabari dan Cintanya yang Bertepuk Sebelah Tangan – Review Novel Ayah

Sabari dan Cintanya yang Bertepuk Sebelah Tangan - Review Novel Ayah
designed by : canva


Ironi dan paradoks, memang selalu menjadi bagian paling memesona dari cinta

Apa
yang kamu rasakan ketika cintamu ditolak oleh perempuan yang begitu
kamu kagumi? Mungkin kamu akan merasa kecewa, marah, dan sakit hati.
Perasaan-perasan itulah juga yang dialami oleh Sabari, seorang tokoh
utama dalam novel Ayah.

Ayah
adalah salah satu novel yang ditulis oleh Andrea Hirata. Dan inilah
novel Andrea Hirata yang pertama kali saya baca. Novel ini saya beli
2015 silam di Malang, selang satu bulan setelah terbit. Saya membaca
novel ini sudah berkali-kali. 

Sebelumnya, nama Andrea Hirata melejit berkat empat karya magnum opus-nya : Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov.

Novel
kesembilan Andrea Hirata ini berkisah tentang sosok bernama Sabari.
Sabari adalah lelaki baik dan penyabar – karena itulah ia dinamai Sabari
oleh Ayahnya. Ia tergila-gila pada seorang perempuan bernama Marlena.
Namun, cinta Sabari kepada Marlena rupanya bertepuk sebelah tangan.
Cintanya tak bersambut.

Perasaan
cinta Sabari tumbuh dan bermula saat ujian masuk SMA. Di hari terakhir
ujian, ujian Bahasa Indonesia, Lena yang khawatir tak lulus dan takut
dinikahkan oleh Ayahnya, merampas kertas ujian Sabari dan memindahkan
semua jawaban ke dalam kertas ujiannya. Sebagai rasa terima kasih gadis
berlesung pipit itu kemudian memberikan Sabari sebuah Pensil. Pasca
pertemuan pertama itu, Sabari benar-benar dibuat jatuh cinta dan tak
bisa melupakan Lena. Tidak ada hari tanpa mengingat Lena. Setiap melihat
pensil yang nyaris tak pernah lepas dari genggamannya, dia selalu
terkenang akan gadis rupawan itu. 

Berbagai
upaya sudah dilakukan Sabari untuk menarik perhatian Lena. Alih-alih
mendapatkan perhatian, Sabari justru mendapat respon yang kurang
simpatik. Meskipun cinta Sabari ditolak mentah-mentah, perasaannya
terhadap Lena tak sedikit pun surut. Ukun dan Tamat, sahabat dekatnya,
sering memperingatkan Sabari agar melupakan Lena, namun saran mereka
berdua tak pernah dihiraukan. Justru cinta Sabari semakin menjadi-jadi.
Dia malah saling berbalas puisi dengan Lena lewat medium mading yang
disediakan oleh sekolah – belakangan diketahui ternyata puisi-puisi yang
dikirimkan kepada Sabari adalah hasil rekayasa dan konspirasi Tamat dan
Ukun.

Hari
demi hari pun berlalu. Ada satu titik di mana Sabari sebenarnya begitu
benci, ingin menyerah dan benar-benar ingin melupakan Lena. Untuk
mewujudkan keinginannya itu Sabari mencari pekerjaan yang paling berat
dan menguras tenaga sehingga ketika dia kelelahan dia akan cepat
tertidur dan tak sempat memikirkan Lena. 

Namun,
upaya Sabari sia-sia belaka, perasaan cintanya lebih besar dari rasa
bencinya. Cinta dan perasaan kagum yang tumbuh di dalam hatinya
benar-benar menawan dan memenjarakan Sabari. Setelah lulus SMA, agar
lebih dekat dengan Lena, Sabari bekerja di Pabrik Batako milik Ayah
Lena, yaitu Markoni. 

Ringkas
cerita, Lena pun hamil di luar nikah. Hasil hubungan gelap dengan
pacarnya. Demi menjaga nama baik keluarga itu, Sabari menawarkan diri
untuk menikahi Lena. Tak punya pilihan lain, meskipun terpaksa, Lena
menerima tawaran itu. Dan, jadilah Sabari dan Lena sepasang
suami-istri. 

Namun,
pernikahan mereka tidak berlangsung lama. Begitu anaknya lahir, Lena
kembali menjalani kehidupan lamanya, dia jarang pulang ke rumah, bahkan
dikabarkan sudah menjalin hubungan dengan pria lain. Sabari tidak ambil
pusing, dia hanya fokus pada anaknya, Zorro.

Meskipun
bukan darah dagingnya sendiri, Sabari menyayangi Zorro dan membesarkan
anaknya itu dengan sepenuh hati. Sampai suatu hari, hal yang paling
ditakutkan Sabari terjadi. Setelah dituntut cerai, Lena mengambil Zorro
dari tangan Sabari. 

Akibat
kejadian itu Sabari sangat terpukul. Bahkan dia nyaris Gila. Tidak tega
dengan keadaan Sabari, Ukun dan Tamat, berinisiatif untuk mencari Lena
dan Zorro, dan – bila mungkin – mengajaknya pulang. Setelah beberapa
bulan menempuh perjalanan hampir seantero Sumatera, akhirnya Tamat dan
Ukun berhasil membawa pulang Lena dan Zorro. Sekembalinya, Zorro tinggal
dengan Sabari. Sedangkan Lena tetap tinggal terpisah bahkan menikah
lagi dengan lelaki lain bernama Amirza. Menjelang kematiannya Lena
memberi wasiat kepada Zorro agar dia dimakamkan di samping Sabari. 

Setelah
membaca buku ini, saya membayangkan, jika seandainya saya berada di
posisi Sabari :  ditolak, tak dihargai, dan disia-siakan. Betapa itu
sangat menyakitkan. Namun, lewat tokoh Sabari kita diajak untuk
senantiasa menjadi manusia serta ayah yang penyabar dan penyayang. Kita
juga harus takjub dengan kesetiakawanan dan kesediaan berkorban yang
diperlihatkan oleh Tamat dan Ukun.

Novel
ini layak dibaca dan menjadi salah satu koleksi di rak buku. Selain
disampaikan dengan bahasa yang ringan, Andrea Hirata juga mampu
menyajikan karya yang sangat dramatis namun juga jenaka. 

Wassalam. 


www.gubukmahfud.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *